musafir fakir di buayan fikir

Di kitab tua panduan pelayaran, termaktub pesan; "Lemak-Manis itu ilmu, Pahit-maung itu rindu..." (Dikutip dari sajak: Perahu Rindu, Ahmad David Kholilurrahman)

Tuesday, February 2, 2010

Esai: Sujud Syukur “Anak-Cucu-Cicit” Fir’aun!

Esai: Sujud Syukur “Anak-Cucu-Cicit” Fir’aun!

Ahmad David Kholilurrahman*

Di malam yang hangat itu, tiba-tiba tersungkur sujud di lapangan hijau.

Nun, jauh di sana, di 11 de Novembro Stadium, Luanda, Angola. Sebuah Negeri yang masih bergejolak perang (pemberontakan). Riuh-rendah sepakbola di benua yang terpanggang matahari Afrika, menabalkan gelar ke tujuh sang “Anak-Cucu Fira’un” (Abnaaul al-Fira’inah). Begitu mereka sering mengklaim, tim sepakbola Mesir, ajaibnya merengkuh kampiun Afrika tiga kali berturut-turut. Menambah daftar kejayaannya meraih tujuh kali Piala Afrika. Sebuah rekor yang diukir generasi emas Persepakbolaan Mesir ini, rasanya sulit diulangi lagi di tahun-tahun mendatang!

Tapi, ada yang getir ironis. Timnas sepakbola Mesir gagal melaju ke perhelatan akbar sepakbola dunia di Afrika Selatan pertengahan tahun ini.

Aku tak akan bercerita tentang gadis muda yang mengucurkan airmatanya untuk kejayaan negaranya, juga nasib nasionalisme si kulit bundar? Itu, adalah kisah dua tahun lepas, setelah aku menyaksikan peristiwa kejayaan sepakbola mereka menaklukkan Kamerun lewat gol Muhammed Abou Treka di partai puncak, di Ghana, tahun 2008.

Bukan pula tentang jalannya pertandingan sepanjang 90 menit. Tak juga perihal aksi-aksi saling balas serangan antar dua tim yang berhadapan di partai final. Mesir yang diperkuat pemain-pemain dua tahun lepas melawan tim muda Ghana yang sebagian besar adalah pemain muda yang menjuarai Piala Dunia Junior 2009, di Mesir tahun lalu.

Atau perihal terciptanya gol yang lahir dari pemain pengganti Muhammed Nage Gedo (yang belakangan populer di kalangan muda penyokong fanatik) dengan panggilan;”Ya Gedo!” Satu gol Gedo, si anak pesisir pantai kota cantik pemandian pantai laut Mediterannian, Alexandria, sudah cukup membuat 80 juta penduduk negeri tua turun membuncah ke jalan-jalan. Bergadang semalam suntuk, tanpa kantuk secebis pun!

Tapi, sepakbola bukan diadon dalam semalam dua malam seperti roti gandum?

Sepakbola itu seperti kegemaran penduduk negeri piramid ini pada fuul dan tha’miyah (dua jenis makanan khas) yang tak pernah lepas dari sepasang siang dan malam. Sebuah ihwal yang mengkhabarkan, salah-satu cara melepas kesuntukan kehidupan yang menghimpit. Ditengah ancaman angka pengangguran, kelangkaan lapangan kerja, kepadatan, citra budaya peradaban yang tumpang-tindih, serta paradoksal peradaban.

Saya, suka memperkenalkan sebuah istilah baru “Negeri Paradoksal Peradaban” kepada para tamu-tamu yang datang bertandang ke “Negeri Kedua” saya ini?

Kenapa?

Karena rupa dan citraan negeri ini melekat dengan warna-warni kebudayaan yang saling tumpang-tindih, bertentang-lawan, berhadap-hadapan, namun bersimbah keharmonisan kehidupan. Aneka ragam bangsa pernah menjajah negeri ini, aneka peradaban pernah menanamkan pengaruhnya, namun negeri ini memiliki citra dan warna khas, yang sukar saya sapukan diatas kanvas lukisan kata-kata?

Sepakbola adalah salah-satu bagian terkecil, dari ihwal yang membentuk paradoksal. Sisi pertama, karena mereka sendiri (bangsa Mesir) mengklaim leluhur bangsa Fir’aun (Pharaoh) juga memainkan sepakbola, sekali pun dalam bentuk yang paling purba?

Nama julukan tim sepakbola boleh berbau simbol pembangkangan besar sejarah peradaban manusia, Abnaaul Firaa’inah (anak-cucu-cicit Fir’aun), namun simbol lain hadir di lapangan hijau, selebrasi gol ditutup dengan ungkapan sujud syukur berjama’ah oleh pemain dan offisialnya?

Bukankah ini citraan lain dari peradaban paradoksal?

Dan menurut surat-kabar yang memberitakan sendiri. Bahwa sang Pelatih Mesir yang paling sukses, Hassan Shehata, membuang nama-nama pemain kondang lain yang kurang memiliki ketaatan kepada Allah SWT. Mohammed Hossam (Mido) tersingkir, lantaran dianggap kurang berbaur dan kurang taat beribadah? Dan Mohammed Zidan, awalnya pribadi yang suka mengucilkan diri, berkat pendekatan dan pencerahan sang Pelatih, bergelaral-Mu’allim Hassan Shehata, jadi rajin beribadah dan bermasyarakat? Sang pelatih yang secara resmi ditunjuk lagi menukangi timnas ini hingga kualifikasi Piala Dunia 2014 dari kontrak semula yang berdurasi sampai 2012.

Malam itu, penghujung bulan januari yang menggigil di Cairo, sebuah gol tunggal Gedo cukup membuat seluruh penjuru ini berpesta semalam suntuk; suara lengking klakson, terompet, gendang, api obor semprotan, mercon, kembang api, cat tiga warna; merah-putih-hitam di wajah sebuah hidangan di depan mata?

Senyum yang tumpah. Riang-gembira yang ramah. Malam sejuk yang hangat. Kehangatan yang terkirim dari Luanda, Anggola, dari sebuah negeri yang bergejolak, ditandai tertembaknya dua offisial tim Togo mundur dari keikutsertaan Piala Afrika?

Pada suatu malam selepas kemenangan itu. Di lorong-lorong labirin Khan el-Khalily, Hussain, seorang lelaki Mesir penyokong sepakbola menyambut tahniah yang spontan saya lontarkan; "Milyun Mabruk li-Muntakhabna Mashr!" (“Berjuta-juta Mabruk bagi Timnas (kita) Mesir!). Dia jawab, Allahu Yubaarik Fiik! Wa Malayin Kaman! (Semoga Allah Memberkahi bagimu (juga) dan berjuta-juta lagi!).

“Adakah sepakbola itu memiliki agama?" Tanya saya kepada lelaki pemilik kedai kerajian tangan itu. Dia diam sejenak, lalu menjawab singkat dan mengena; An-Nasr min Rabbuna! (Kemenangan itu dari Tuhan kita). Saya menyambut dengan senyum, lelaki itu pun tersenyum lebar, selebar hidangan kuningan yang banyak terdapat di kawasan itu.

Berjam-jam di bilangan salah-satu pusat keramaian Abbas Akkad, saya dan seorang kawan senior, terselip dibalik antusias pesta kegembiraan negeri ini menjadi kampiun Afrika? Seperti wajah sang kapten, “As-Shaqr” Ahmed Hassan yang memecahkan rekor pertandingan internasional ke 172, melewati sang "al-‘Amid al-Kurratul Mashriyah” Hossam Hassan yang hanya 169 kali.

Sebuah pertunjukan sepakbola, juga mempertontonkan warna paradoksal lain negeri ini!

Cairo, 2 Februari 2010


*Milanesti sejati!

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home