musafir fakir di buayan fikir

Di kitab tua panduan pelayaran, termaktub pesan; "Lemak-Manis itu ilmu, Pahit-maung itu rindu..." (Dikutip dari sajak: Perahu Rindu, Ahmad David Kholilurrahman)

Tuesday, February 10, 2009

Layla, Aku Singgah Sejenak di Dubai


Seorang kawanku membaca sebuah tulisanku. Tulisan singkat ini kubuat ditengah hiruk-pikuk manusia di Dubai International Airport. Ketika itu, aku menikmati liburan ke 'tanah-air'; Jambi tercinta, pada bulan Juli-November tahun 2008.

Ditengah galauan 'manusia transit' di bandar jasa dan dagang terbesar di Timur-Tengah itu. Aku menyempatkan diri menulis. Padahal ditulis selepas lelah antrean dengan bule depan fasilitas internet gratis.

Maklum, perjalanan musafir fakir, mana lah ada 'bekal' HP canggih, apalagi laptop! Jadi, dalam keterbatasan fasilitas, diwaktu sempit juga ditengah galauan khalayak ramai, justru kutuangkan luahan hati ini.

Bukan salahku, kalau dibelakang hari, ada pembacaku yang menyimak-nikmat tulisanku. Lalu, memiliki apresiasi seperti dibawah ini: (Cetak miring dariku)

nilai sastranya amat berbobot, di tulis dalam waktu yang singkat menunjukkan bahwa muatan ilmu dan wawasan yang melimpah serta kekayaan kosa kata yang dimiliki penulis, keindahan kata yang ada menarik perhatian dan manis di lidah ketika di baca,,,
ungakapan pujian ini bukan basa-basi namun dari kekaguman dan fakta akan kehebatan nilai sastra...sehingga penulis mampu menyihir pembaca dengan keindahan bahasanya... .
andai penulis bersedia menurunkan ilmunya, tentu ini amat berharga bagi pecinta sastra di banding sekantung emas mutiara yang di berikan secara cuma-cuma...
..

Adapun Esai singkatku, seperti inilah wujudnya:

Layla, Aku Singgah Sejenak di Dubai!

Ahmad David Kholilurrahman

Assalamu'alaikum

Wahai Layla,

Musafir fakir itu tengah bersafar. Kini aku tengah 'singgah' sejenak di Dubai. Kota kaum pendatang dan pekerja asing di jantung teluk. Mereka seperti rama-rama sehabis hujan membasuh malam sejuk.

Aku akan pulang ke matarindu Ibu. Setelah bertahun-tahun menabung rindu. Menghirup harum kasih-sayang tangan Ibu. Pun, aku akan balek kampung ke Gurun, negeriku Jambi. Setelah merantau bertahun-tahun ke negeri jauh.

Aku mau menulis rindu sajak-sajak pengembaraan, menuntaskan catatan perjalanan, mengarang cerpen dan (bermimpi) menulis novel sulungku.

Bagaimana rupamu, Layla, adakah serupa cuaca sehabis hujan negeri tropika?

Aku akan kembali lagi ke negerimu, Layla. Tak bakal aku dapat melupakan negerimu yang kuanggap 'tanah-air' keduaku. Petang tadi, matahari hangat negeri Piramida melepas perjalananku pulang kampung.

Bersabarlah, menunggu kisah-kisah perjalananku, ya Layla. Setelah aku seperti dilanda kemarau panjang, secercah senyummu kuingat rapat-rapat di lorong-lorong kotamu.

Aku akan kisahkan padamu nanti dipinggir sungai Nil, seperti yang sering kuadukan setiap-kali aku diterkam suntuk dikotamu.

Aku tak dapat membayangkan; tanah-air, tumpah-darahku. Juga airmuka Ibu, bapak dan saudara-saudaraku bertemuku nanti.

Wahai Layla, jaga dirimu baik-baik. Sungguh, aku juga terus merindu senyum gadis negeri padang pasir!

Wassalam,

Dubai International Airport, 12 Juli 2008 jam 1.30 malam

Musafir Fakir

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home