musafir fakir di buayan fikir

Di kitab tua panduan pelayaran, termaktub pesan; "Lemak-Manis itu ilmu, Pahit-maung itu rindu..." (Dikutip dari sajak: Perahu Rindu, Ahmad David Kholilurrahman)

Sunday, September 20, 2009

Untuk Allahuyarhamha Nenekku Nacik binti Darasip!

Untuk Allahuyarhamha Nenekku Nacik binti Darasip!

Wahai Zat Maha Pencipta Abu-l Basyar tak beribu-ayah Nabiyullah Adam 'Alaihi Salam,
Inilah hari raya I'ed al-Fitr 1 Syawal 1430 H yang penuh kecamuk. Tak tentu perasaan. Dalam wajah kegembiraan umat Islam sedunia, kau selipkan 'langit' kemurungan yang melingkupi keluargaku. Dalam detik-detik perpisahan dengan bulan mulia ramadhan, nyaiku (nenekku) menghadapi nazak sakaratul maut. Sebuah fase penghujung 'akhir hayat' anak manusia. Kesakitan yang maha dahsyat, kedukaan yang maha dalam, kerapuhan tiada dua, kekerdilan yang tak terpermanai.

Wahai Zat yang menerbitkan banjir air raya, meniup pelayaran bahtera Nabiyullah Nuh 'Alaihi Salam,
Inilah pagi yang murung dalam kegembiraan jiwaku. Murung ditengah tumpukan cobaan-Mu. Gembira ditengah kasih-sayang-Mu yang melimpahkan kegembiraan tak terkatakan ke dalam ceruk terdalam kalbu umat Islam sedunia. gemuruh takbir memuji kemaha besaran-Mu memucuk hingga singgasana Arasy-mu. Lautan takbir berkumandang; Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar menderu, menuju, merindu ke hadapan yang Maha Cinta-Mu.

Wahai Zat yang mendinginkan Api yang membakar Abul-Anbiya 'Alaihi Salam,
Inilah sekerat waktu yang memusu antara doa dan pengharapan. Antara prasangka baik kepada takdir-Mu dan ketetapan takdir-Mu yang maha Adil. Jika sudah hukum berlaku, maka ketetapan takdir-Mu adalah ketaatan kami menerima dengan ikhlas dan sabar. Karena Kau lah yang Maha Mengetahui atas segala putusan-Mu. Pun, kesabaran dan keikhlasan yang mengaliri kami, adalah dari sungai kasih-sayang-Mu.

Wahai Zat yang menuntun Nabiyullah Ismail 'Alaihi Salam dan bundanya di lembah tandus berbatu,
Inilah saat dua hal yang berlawanan berpadu rasa. Dalam tangkupan silaturrahim dihari baik, bulan baik. Kau hadirkan kedukaan dalam keluarga besarku. Ditengah anak-cucu yang berkumpul 'mudik' ke kampung asal halaman, kau gelayutkan kedukaan dimata tua Datukku. Kesabaran luar biasa itu sudah terbasuh air mataair kedukaan, namun sedikit pun tak mengurangi keimanan yang mengakar disegala gerak, langkah, hati, jiwa dan akal pikiran keluarga kami. Pun, pada lelaki tua paling sabar dan tegar yang akrab kukenal.

Wahai Zat yang membelah laut bagi Nabiyullah Musa 'Alaihi Salam dan kaumnya,
Inilah senoktah dawat yang kutulis, ditengah hamparan samudera ilmu-Mu, dan andai kayu-kayu menjadi kalam penanya, tak akan sanggup menghitung ilmu-Mu. Aku menulis dalam kecamuk rasa, teraduk-aduk antara doa dan pengharapan, antara resah dan basah mata, diantara rindu di rantau dan hilang di lampau, mengenang akan kebaikan nyaiku yang luar biasa. (Untuk ini nanti, insha Allah aku akan menulis lebih khusus lagi!).

Wahai Zat yang menciptakan Nabiyullah tanpa Ayah, Isa ibn Maryam 'Alaihi Salam,
Inilah rupa-rupa kemanisan kasih-sayang-Mu. Dalam kelezatan lidah mencicipi hidangan awal hari raya I'ed al-Fitr, kau bubuhkan bumbu musibah pada kami. Kami memaknai sebagai 'hidangan kasih-sayang-Mu' dalam bentuk yang lain. Betapa Kau begitu sayang, mengambil milik-Mu dihari raya kemenangan Umat Islam. Harapan kami, semoga sebuah pertanda kematian husnul khatimah yang juga pasti kami dambakan. Memanggil hamba-Mu dalam wajah keriangan umat Islam sedunia, cukup itu sebagai pertanda keikhlasan kami menjaga dalam sebentuk gumpalan hati yang apabila baik, maka baik pula sangkar jiwa yang bertaut-paut dengannya.

Wahai Zat yang membelah Qamar dizaman Rasulullah Muhammad Shallahu 'Alaihi Wa Sallam,
Inilah hari baik,ibulan baik. Setelah menunaikan shiyam wa qiyam bulan ramadhan al-mubarak. Kau panggil wafat perempuan yang menjadi perigi bening bagi anak-anak dan suaminya. Yang menyulam baju untuk anak-anaknya. Yang menyedia segala keperluan bagi suaminya. Yang melunaskan ingin-kehendak cucu-cucunya. Yang merasa sangat merugi, bila waktu terlewatkan begitu saja. Perempuan tua yang sangat kutahu, tak pernah alpa membaca ayat-ayat suci-Mu. Berterang kerlap-kerlip pelita minyak selepas subuh hari, pada rumah bertiang bulian, berdinding kayu. Atau ketika merawat anak-cucunya yang bersekolah dikota Jambi. Di rumah sederhana yang berdinding kayu kasar, bercat kapur, beratap seng. Perempuan yang menjadikan membaca Kitab suci-Mu jua pengiring awal harinya. Semoga syafa'at-Nya menghampirimu di akherat kelak. Lalu, Allah menjadikanmu dalam kumpulan ahli jannah-Nya. "Allahumma Firglaha Warhamha wa'afiha wa'fu'anha..."

Cairo, 1 Syawwal 1430 H/ 20 September 2009

Ahmad David Kholilurrahman

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home