Sajak: Az-Zahir
Sajak: Az-Zahir
Ahmad David Kholilurrahman
Jika perahu berlayar,
Periksa lambung ketika bersandar,
Asin laut dan kelepak camar
Di tiang-tiang pelantar, memekar
Angan al-kamar, sepasang tangan dirham-dinar
Yang melamar bazaar menjauh tersasar
Memusar hingar-bingar saudagar,
Akan jangkar yang bertagar seluar destar
Menembus jantung pasar,
Siang menggelepar, bertukar kabar
Ke lumbung paling lapar
Kububuh rindu paling suruk
Menciduk wudhu khusyuk
Yang sejuk, meresuk-resuk
Yang bujuk, memeluk-meluk
Yang suluk, menakuk-nakuk
Di Plasa kota tua,
Aku berbaring setengah sadar,
Memasuk gemetar jemari kasar
Segulung roti gandum tawar,
Yang mengundang merpati berputar
Memikat lapar paling sabar?
“Makan lah, wahai burung-burung rajin berzikir,
Hingga butir paling akhir”
Biarlah, aku bertahan air liur, sampai matahari tergelincir
Kekal waktu menyampir desir pepasir,
Kepada Az-Zahir, yang menulis syair
Perihal musafir fakir
Bertualang melipir pikir
Menetal debu seribu menara,
memintal riwayat papa kedana
Sedakwat tinta, mengukir kalam bulu angsa
Mengenang kisah paling basah airmata
Melekang petah paling helah cinta
Yang surut umur, menyusur uzur kelemumur
Di laman tafakkur, tangga umur menyulur;
Syukur, syukur, syukur
Syukur, syukur
Syukur
Cairo, 6 Februari 2008
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home