musafir fakir di buayan fikir

Di kitab tua panduan pelayaran, termaktub pesan; "Lemak-Manis itu ilmu, Pahit-maung itu rindu..." (Dikutip dari sajak: Perahu Rindu, Ahmad David Kholilurrahman)

Sunday, April 25, 2010

Puisi: Air Granada*

Puisi: Air Granada*

Fransesco Biasibsa** (فرنسسكو بياسبيسا)

Berdesir padaku –sekali lagi-meneguk dari ceruk mata air-mata airmu
Wahai air Granada yang segar, wahai dari mengitari dukacita dan dahaga
Oh! Wahai jalan San Mathias
dari kelapangannya, aku kembali kepadamu
Tegak berdiri disisi tingkap, peristiwa yang sangat aku ketahui

Hai Granada, wahai Granadaku, wahai buayan dimana aku tumbuh
Wahai perawan-perawan yang pedih yang daku dikarunia kekuatan dan kesehatan
Supaya mataku sanggup melihatmu kembali lagi

Wahai Granada, Wahai Granadaku, dari kelapangannya aku kembali padamu
Walau sekalipun tanpa alas kaki
menelusuri pintu demi pintu, tanpa makan dan minum.
Jika daku kembali ke Al-Hambra
Hingga sekalipun mengulur jejak pulang
maka daku memberkati maut
karena daku telah melihat al-Hambra

*Diterjemahkan dari Syair: Mâa al-Gharnathah, dalam Buku Qasâid Isbâniya wa Amrîkâ al-Lâtiniyah, Terjemah dan Pengantar Abu Hammâm Abdul Lathef Abdel Halim, Maktabah Al-Usrah, Mahrajan Qira'atu lil-Jami', 2005, hal 78.

**Lahir di Rucar, Almeria 1877, menimba ilmu di Universidad de Granada. Merantau ke Madrid pada usia 20 tahun. Bergaul dengan sastra. Menyiarkan karangan di sejumlah koran dan majalah di zaman itu. Dia mencintai Andalucia, Granada, Cordova serta Istana al-Hambra sebagaimana tersurat dan tersirat dalam kumpulan puisi-puisinya.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home