musafir fakir di buayan fikir

Di kitab tua panduan pelayaran, termaktub pesan; "Lemak-Manis itu ilmu, Pahit-maung itu rindu..." (Dikutip dari sajak: Perahu Rindu, Ahmad David Kholilurrahman)

Friday, May 7, 2010

Puisi: Maut*: Dalvina Ghaldarasiba**

Bagaimana gadis muda Argentina itu menangkap isyarat kematian dalam puisinya yang ditulis pada tahun 1998. Pada usianya yang delapan tahun. Atau delapan tahun sebelum kematiannya yang tragis menjemput.

O, Dalvina, aku menerjemahkan puisimu dengan tetesan airmata. Andai suatu ketika kelak, aku berjumpa puisimu dalam bahasa Ibumu, Spanyol!

Karena seorang ibu, pembaca terjemahanku atas puisimu, telah memintaku menghadirkan satu terjemahan puisimu yang kau tujukan kepada ibumu sendiri.


Puisi: Maut*

Dalvina Ghaldarasiba**

Bulan akan kembali
Untuk mengkonversi antara aku dan kematian
Siapa yang akan datang besok pada jam pertama hari itu
Aku ingin melihat daun pertama gugur
Bangkit
Diam
Mati
Hidup
Rugi
Untung

Aku tak tahu siapa diantara mereka
Aku tak tahu
Aku tak tahu siang
Tak tahu malam
Tapi ada sesuatu yang aku tahu
Malam botak
Siang cemerlang
Kamar tanpa sayap
Kecupan tanpa mulut
Kecupan cinta setengah mati
Wahai Ibuku
Di mana siang dan malam, botak

*Diterjemahkan dari pengantar dan terjemahan edisi Arab: Al-Maut, oleh al-Mahde Akhref, Rubrik Bustan, Akhbar al-Adab, edisi 873, 26 Rabi'ul Awwal 1431 H/ 11 April 2010, hal 16).

**Penyair remaja berbakat dari Argentina yang wafat dalam usia muda 16 tahun.

(***Penerjemah Ahmad David Kholilurrahman)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home