musafir fakir di buayan fikir

Di kitab tua panduan pelayaran, termaktub pesan; "Lemak-Manis itu ilmu, Pahit-maung itu rindu..." (Dikutip dari sajak: Perahu Rindu, Ahmad David Kholilurrahman)

Wednesday, June 9, 2010

Sajak: Mata Air Tanah Air, Palestina

Pengantar:

Sajak ini kutulis untuk sahabatku Penyair dan Penulis Palestina Monzer Bahani.

Aku terkenang pada tembok pemisah rasialisme yang dibangun Zionis Israel mengurung Tanah Air mereka. Kebun-kebun zaitun yang ditebang paksa, rumah-rumah yang diroboh paksa, tanah-tanah Palestina yang dirampas paksa. kezaliman yang berlangsung secara masif dan sistematis. Sementara dunia Barat terdiam bungkam seribu bahasa. Dunia Islam berpecah-belah. Negara-negara Arab tidak seiya-sekata.

Mungkin, puisi juga tak ada artinya. Seperti yang dilaungkan nyanyi duka pilu Penyair Palestina terkemuka, Mahmoud Darwich.

Karena bagiku Palestina adalah tanah dan negeriku juga. Kiblat pertama Umat Islam. Negeri para Nabi dan Rasul utusan Allah kepada umat manusia.



Sajak: Mata Air Tanah Air, Palestina

Kepada Penyair Monzer Bahani*

Ahmad David Kholilurrahman

Aku melihat kata-kata
Pada tembok pemisah
Menggambar peta
Antara Balad dan Bilad kami
Kakek moyang kami
Menunai sarha
Sepanjang musim panas
Kebun limau dan delima
Dan istana-istana batu

Bunga-bunga banafsaj merecup
Kupu-kupu bertaburan
Warna-warni

Melukis kanvas
Sebatang zaitun
Bertangan daun
Menyampir
Kafiyeh

Tebing batu cadas Al-Quds
Tertambat al-Buraaq

Isra’ wa mi’raj

Hantarkan senyum syuhada’
Bertumpah wangi
Misk dan yasmin

Wahai Kekasih
Teratur mengulur
Jalan kemuliaan
Tenang,
Lengang
Luang
Ruang

Menghubung denyut
Antara laut dan maut

Sebentang langit dadaku
Membiru terang cintaku

Ini bukan airmata,
Mata Air Tanah Air
O, Palestina

Cairo, 8 Juni 2010

*Penyair dan Penulis Palestina


Catatan:

-Sarha: Adalah semacam perjalanan di musim panas. Sebuah tradisi turun-temurun kaum lelaki Palestina sejak berabad-abad lampau hingga sampai ke Jordan, Lebanon dan Mesir di zaman negara-negara belum ada tapal batas. Meniti kebun-kebun, melipiri tebing, menaiki gunung-gunung, berdiam di Qasr (Gesr) semacam istana-istana, rumah batu di ladang-ladang merka. Silahkan simak buku Raja' Shehade yang meraih Orwell Prize: (Palestinian Walks: Notes on a Vanishing Landscape, 2008)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home