musafir fakir di buayan fikir

Di kitab tua panduan pelayaran, termaktub pesan; "Lemak-Manis itu ilmu, Pahit-maung itu rindu..." (Dikutip dari sajak: Perahu Rindu, Ahmad David Kholilurrahman)

Thursday, June 17, 2010

Sajak: Sebatang Pohon Mangga Tua

Sajak: Sebatang Pohon Mangga Tua

-Kepada Ustadz Hud Abdullah Musa (Allahuyarhamhu)

Ahmad David Kholilurrahman

Aku mengenangmu,
sebatang pohon mangga tua
teduh menaungi laman rumahmu

Rumah sederhana penuh cinta
Anak-anakmu yang terbang
bertumbuh sayap-sayap dakwah

Dibawah pohon mangga itu
anak-anakmu bermain sepakbola
seperti kanak-kanak sepantaran usia

Pertengahan tahun sembilan belas
sembilan puluh empat,
Aku merantau jauh dari kampungku
di tengah pulau Sumatera

Aku memiliki alasan sederhana
untuk mengatakan, pesantren yang kutuju
adalah perahu yang berdayung
seiring angin laut, berkecipak ombak
malam terang bulan

Aku tak memiliki sebungkal bekal
kecuali kata orangtua Melayu:
""Lemak-manis itu ilmu, pahit-maung itu rindu..."

Itulah peta pelayaranku,
Pemanduku adalah segantang bintang
dan sepasang mata nyalang,
Berjumpa pejam, berbendera salam

Awal memandang wajahmu
Secerah wajah Arab
di musim semi
pada sebuah negeri
yang kelak jadi diriku

Akulah negeri, diriku tanah air!

Tapi, mendengar syarah dan khutbahmu
yang memukau, yang memindai
segala masalah ummah,
menjadi hati pikiran,
menjadi jantung hati
Al-Amin, Abu Qasim Muhammad Rasulullah

Didih darahku mendebar,
sejuta gelombang mencari pantai
yang tajam karang, yang amuk badai
yang hunjam tongkang, yang tebuk sadai

Adalah laut segala laut
yang berlayar markab bahtera
tunduk angin badai, jinak segala lanun

O, inikah samudera ilmu-Nya
yang ikan-ikan menebarkan salam
yang kerang lokan menyebarkan takbir
Yang ombak memercik wudhu
Yang awan memayung tawadhu'


Aku mengenangmu,
Sebatang pohon mangga tua
Teduh menaungi laman rumahmu

Rumah sederhana penuh cinta
Anak-anakmu yang terbang
bertumbuh sayap-sayap dakwah

Kemana pohon mangga itu hilang?
mungkin lebih banyak penebang
berkeliaran meluluh-lantak lamanmu

Terbilang jadi hitungan
lekat dihati anak-anakmu
yang rindu akan teduh airmukamu
yang rindu akan rindang kata-katamu
yang rindu akan sedap perhatianmu

O, sebatang pohon mangga tua
yang lebat hijau dedaunan
rindang dedahan dan cecabang
rumah segala bulbul singgah
menumbuhkan kepak-kepak dakwah
sebelum menemukan peta risalah

Cairo, 18 Juni 2010

2 Comments:

At September 23, 2010 at 10:06 AM , Blogger My Friend said...

Ingat saya pohon depan Rumah Ustadz Hud itu ada Dua bukan sebatang

 
At January 27, 2013 at 6:10 AM , Blogger Laptop said...

Nice post gan...
mampir jalan" Thank's

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home