Sajak: Sebatang Pohon Mangga Tua
Sajak: Sebatang Pohon Mangga Tua
-Kepada Ustadz Hud Abdullah Musa (Allahuyarhamhu)
Ahmad David Kholilurrahman
Aku mengenangmu,
sebatang pohon mangga tua
teduh menaungi laman rumahmu
Rumah sederhana penuh cinta
Anak-anakmu yang terbang
bertumbuh sayap-sayap dakwah
Dibawah pohon mangga itu
anak-anakmu bermain sepakbola
seperti kanak-kanak sepantaran usia
Pertengahan tahun sembilan belas
sembilan puluh empat,
Aku merantau jauh dari kampungku
di tengah pulau Sumatera
Aku memiliki alasan sederhana
untuk mengatakan, pesantren yang kutuju
adalah perahu yang berdayung
seiring angin laut, berkecipak ombak
malam terang bulan
Aku tak memiliki sebungkal bekal
kecuali kata orangtua Melayu:
""Lemak-manis itu ilmu, pahit-maung itu rindu..."
Itulah peta pelayaranku,
Pemanduku adalah segantang bintang
dan sepasang mata nyalang,
Berjumpa pejam, berbendera salam
Awal memandang wajahmu
Secerah wajah Arab
di musim semi
pada sebuah negeri
yang kelak jadi diriku
Akulah negeri, diriku tanah air!
Tapi, mendengar syarah dan khutbahmu
yang memukau, yang memindai
segala masalah ummah,
menjadi hati pikiran,
menjadi jantung hati
Al-Amin, Abu Qasim Muhammad Rasulullah
Didih darahku mendebar,
sejuta gelombang mencari pantai
yang tajam karang, yang amuk badai
yang hunjam tongkang, yang tebuk sadai
Adalah laut segala laut
yang berlayar markab bahtera
tunduk angin badai, jinak segala lanun
O, inikah samudera ilmu-Nya
yang ikan-ikan menebarkan salam
yang kerang lokan menyebarkan takbir
Yang ombak memercik wudhu
Yang awan memayung tawadhu'
Aku mengenangmu,
Sebatang pohon mangga tua
Teduh menaungi laman rumahmu
Rumah sederhana penuh cinta
Anak-anakmu yang terbang
bertumbuh sayap-sayap dakwah
Kemana pohon mangga itu hilang?
mungkin lebih banyak penebang
berkeliaran meluluh-lantak lamanmu
Terbilang jadi hitungan
lekat dihati anak-anakmu
yang rindu akan teduh airmukamu
yang rindu akan rindang kata-katamu
yang rindu akan sedap perhatianmu
O, sebatang pohon mangga tua
yang lebat hijau dedaunan
rindang dedahan dan cecabang
rumah segala bulbul singgah
menumbuhkan kepak-kepak dakwah
sebelum menemukan peta risalah
Cairo, 18 Juni 2010
2 Comments:
Ingat saya pohon depan Rumah Ustadz Hud itu ada Dua bukan sebatang
Nice post gan...
mampir jalan" Thank's
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home