musafir fakir di buayan fikir

Di kitab tua panduan pelayaran, termaktub pesan; "Lemak-Manis itu ilmu, Pahit-maung itu rindu..." (Dikutip dari sajak: Perahu Rindu, Ahmad David Kholilurrahman)

Thursday, February 18, 2010

Sajak: KH. Ahmad Dahlan

Sajak: KH. Ahmad Dahlan

Ahmad David Kholilurrahman


Kaoeman,

Adalah Muhammad Darwis,
Tumbuh menyulur di Kaoeman,
Paruh kedua abad ke delapan belas
Sejak kanak tumbuh cerdas
Dalam belai asuhan sang bapak alim pandai
Mengaji kepada banyak guru dan kyai
Berpuyun-puyun tangkai ilmu pengetahuan
Didapat jadi sahabat, jadi riwayat, jadi surat

Kelak ditunjuk Ketib Masjid Sultan
Memelihara ibadah, tegak jadi tiang azan
Memulia syahadah, jalankan rukun iman
Seiring-seperjalanan dari kaki hingga kepala
Sejanji-setujuan dari hati hingga wajah


Mekkah,

Di batang umur muda,
Pergi mengaji ke Mekkah,
Bersalin nama jadi Ahmad Dahlan
Menadah pengajian di pancuran ilmu Masyayeikh,
Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi
Salah-satu guru terkemuka Negeri Ka'bah

Dia suling bening azzam
Dari mataair zamzam
Yang mengalir sepanjang zaman
Yang bergulir setuang pinggan

Syeikh Jamaluddin al-Afghani,
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha
Berjalan memegang lampu lentera
Mengajak bangkit dari kegelapan
Yang makin membekap semangat
Untuk hadirkan satu kebangkitan
Bersatu-padu dibawah naungan wahyu


Ketib putra Ketib ahli Falak
Hendak membetul letak kiblat,
Yang semula hadap arah Barat,
Diubah arah Barat Laut
Namun, seikhlas niat,
Masyarakat dilarat sengat takut
pada lumut jumud yang tersangkut
sebatang zaman yang menelan sebut,
seruan para pembaharu
yang zuhud, yang juhud

O, zaman yang saksi merecup tunas baru
Awal abad lampau yang ngilu
Untuk simak suara angin menyedu-sedan
Akan azan mujaddid menjulangkan ajaran tauhid

Mencelangkan mata umat berselubung
Tahayyul, bid'ah dan khurafat

Berbekal semangat Surah Al-Maun
Menanam amal jariyah, daripada berkata sia-sia

Sebab umur Persyarikatan Muhammadiyah
Jauh lebih tua dari Republik Kesatuan

Wahai lelaki bersurban, janggut membuih putih
Memilih tangan bekerja, bahu memikul, tangan mencencang
Daripada mulut sibuk berbincang segala ucap yang senjang
Daripada hiruk-pikuk berlekang segala sesap yang timpang

Adakah dimana deras darah umat mengalir?

Kalau bukan pada pemuda yang bijak pikir
Berpikir melampaui zamannya, mengukir
Kerja nyata yang memulia akal dan jiwa
Kerja nyata yang memadai kaki dan kepala

Jogjakarta,

Dari jantung kerajaan Jawa,
Lahir pemikir umat, yang memilih jalan dakwah
Melayani amal usaha, pendidikan dan kesehatan
Koperasi dan kesejahteraan orang banyak

Tutur katanya adalah abjad hikmah
Sulur tangannya adalah khidmah umat,
Ulur kakinya adalah telekan tongkat
Seri wajahnya adalah jihad ibadah

Yang menggaung sebarisan kata bertenaga dahsyat;

"Hidup-hidupi lah Muhammadiyah,
Jangan mencari hidup dalam Muhammadiyah!"


Cairo, 18 Februari 2010

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home