musafir fakir di buayan fikir

Di kitab tua panduan pelayaran, termaktub pesan; "Lemak-Manis itu ilmu, Pahit-maung itu rindu..." (Dikutip dari sajak: Perahu Rindu, Ahmad David Kholilurrahman)

Wednesday, May 19, 2010

Puisi: Kota Gaza*: Nathalie Handal**

Puisi: Kota Gaza*

Nathalie Handal**

Duduklah di bilik debu di atas katil yang bertilam debu
Dan menunggu kumandang suara muazin.
Irama azan masuk dari tingkap
Dan kupikir setiap lelaki dan perempuan rukuk dalam sholat,

Dan ketakutan mendapat setiap kali pukulan,
kesedihan baru memasuki jiwa diri mereka di tengah anak-anak mereka
berbaris di jalan-jalan seperti orang-orang pesakitan di kamp kematian.
Melangkah menuju tingkap yang rusak dengan kepala sedikit miring dan mencoba bersitatap sekilas
Kota Roh- orang yang tewas yang melewati lubang sempit kuburan mereka

Tangan dan pipi sebelah kananku melawan dinginnya tembok,
Aku menyembunyikan, seperti pelacur malu
Aku menarik jubah biru mudaku begitu keras
Itu air mata, satu sisi tergantung dengan kehidupan semua orang bertahan di sini.
Jari-jemariku tenggelam dalam dagingku
Aku menggaruk sendiri, tiga garis bekas luka dadaku,
Dan melompat di kepalaku tiga agama dan aku bertanya-tanya
Jika tuhan dimakamkan di reruntuhan

Setiap rumah adalah penjara, setiap bilik adalah kandang anjing.
Debke tidak lagi bagian kehidupan, hanya pemakaman
Gaza sedang hamil, tapi tak seorang pun menolong persalinan
Tak ada jalan-jalan, rumah sakit, sekolah-sekolah, bandara, tak ada udara untuk bernapas.

Dan di sini aku di bilik samping tingkap,
Tak sanggup perbuat apa pun, tak berguna.
Andai aku kini di Amerika, aku akan menonton TV
menyimak stasiun CNN mengatakan mendengar permintaan orang "Israel":
Terorisme harus dihentikan.
Di sini setiap apa yang kulihat adalah teror yang disengaja
Anak-anak tidak lagi tahu bahwa mereka adalah anak-anak
Milosevic diajukan ke pengadilan, tapi macam mana dengan Sharon

Akhirnya, aku kenakan pakaianku, aku tegak tercekat depan tingkap
Dan tersedak ludahku, sebagai tembakan senjata dimulai,
dan pesawat tempur F-16 lulus sebagai kebiasaan sehari-hari

*Diterjemahkan dari edisi terjemahan Arab: Madinah Ghaza, DR. Shehab Ghanem, dalam Kumpulan Puisi Terjemahannya: Likay Tursimu Shûratun Thayr wa Qasâidu Ukhrâ min Sharq wa-l Gharb, halaman 159-160.

**Penyair dan penulis drama ini dilahirkan di Haiti (Tahun 1969), tumbuh berkembang di Perancis, Amerika Latin dan New York. Asal-usul keturunan dari Arab (Beitlehm dan Lebanon). Penyandang gelar Magister Bahasa Inggris dan Drama dari London. Menerima anugerah sastra Amerika bergengsi. Puisi ini ditulis tahun 2003.

***(Penerjemah: Ahmad David Kholilurrahman).


Gaza City*

I sit in a gray room on a bed with a gray blanket
and wait for the muezzin to stand up.
The chants enter my window and I think of all
those men and women bowing in prayer, fear escaping
them at every stroke, a new sadness entering
their spirit as their children line up in the streets
like prisoners in a death camp.
I walk towards the broken window

my head slightly slanted and try to catch a glimpse
of the city of spirits—those killed
who pass through the narrow opening of their tombs.
My hands and the side of my right face
against the cold wall, I hide like a slut, ashamed.
I pull the collar of my light blue robe so hard
it tears, one side hanging as everyone’s lives hang here.
My fingers sink deep into my flesh,
I scratch myself, three lines scar my chests,
three faiths pound in my head and I wonder
if God is buried in the rubble. Every house is a prison,
every room a dog cage. Debke is no longer part of life,
only funerals are. Gaza is pregnant
with people and no one helps with the labor.
There are no streets, no hospitals, no schools,
no airport, no air to breathe.
And here I am in a room behind a window,
helpless, useless.

In America, I would be watching television
listening to CNN saying the Israelis demand,
terrorism must stop. Here all I see is inflicted terror,
children who no longer know they are children.
Milosevic is put on trail, but what about Sharon?
I finally get dressed, stand directly in front of the window
and choke on my spit as the gun shots start,
the F-16 fighter jets pass in their daily routine.

*Puisi ini dinukil dari: http://www.stationmuseum.com/Made_in_Palestine-Nathalie_Handal/handal.html

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home