Sajak: Teringat Abdullah bin Ummi Maktum
Sajak: Teringat Abdullah bin Ummi Maktum
Ahmad David Kholilurrahman
Selembar subuh musim panas
menyampir pundakku
Bahang matahari Afrika
atau sejuk oase kurindu,
Menyeduh embun bulan Rajab
Aku nak katakan,
seperti yang sering kujawab;
Kepada para pemburu kuasa,
Tolong jangan ketuk pintu bilikku,
Karena tak punya gubuk
Aku musafir fakir, papa kedana
tak memiliki suara,
tak memiliki kursi,
Pun Istana dan mahkota
Subuh ini,
Angin kering sahara
Membuka lembar tafsir
Asbabun nuzul Surah 'Abasa;
"Jangan bermuka-muka masam,
kepada Abdullah bin Ummi Maktum!".
Seraya menegak layar harap pada pemuka bangsawan Quraisy
Yang airmuka mereka lebih berbayang perigi gengsi
Berduyun-duyun pengikutnya masuk ke Rumah-Mu
Lalu, Allah menegur kekasih-Nya
Al-Amin Muhammad Rasulullah
Wahai Rasulullah yang ma'shum,
Apalah aku ini,
Debu yang berharap lekat di terompahmu
Apalah aku ini,
Sawang yang berharap mulakat di Rumah-Nya
Apalah aku ini,
Sarang laba-laba yang berharap jirat di guamu
Sedangkan engkau kekasih-Nya,
Masih ditegur Maha Kekasih
Apatah lagi aku ini,
yang debu
yang sawang
yang sarang
Kusampai jua
Asbabun Nuzul Surah 'Abasa
Aku nak ingatkan
para pemburu kuasa negeriku
yang hendak membuang baju
kata mereka sempit dan usang
Sedangkan Kekasihmu, wahai Rasulullah
Yang Maha Kekasih itu
Melarang bermuka-muka masam
Kepada seorang buta yang bertelekan tongkat,
Nak meraba laluan Cahaya
Sementara para kafir Quraisy
adalah para nyalang mata yang meniti jalan gulita!
Cairo, 22 Juni 2010
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home