musafir fakir di buayan fikir

Di kitab tua panduan pelayaran, termaktub pesan; "Lemak-Manis itu ilmu, Pahit-maung itu rindu..." (Dikutip dari sajak: Perahu Rindu, Ahmad David Kholilurrahman)

Saturday, August 29, 2009

Sajak: Kebun Ramadhan

Sajak: Kebun Ramadhan

Ahmad David Kholilurrahman

Kuserak-semai bibit niat,
Semoga tumbuh jadi amal jariyah

Pada sepotong kebun ramadhan
Bintang-bintang merecup subur,
Purnama terkembang sulur
Meteor menjulur lebat selepai pelepah kurma

Setangkai tandan sarat cahaya
Seperti muasal hidayah menaja jiwa

Kucari gemercik air sungai
Terpancar dari malam seribu bulan

Kuhirup setetes pengobat haus dahaga
Dipenghujung lidah pendosa, tercicah selupis manis
Menelusur kerongkong penyia-nyia, terasa seteguk sejuk

Wahai jiwaku yang melarat iman;
Singgahlah bertumpang malam dikebun ramadhan

Rabea Adawea, Cairo 29 Agustus 2009

Thursday, August 27, 2009

Sajak: Al-Hilal

Sajak: Al-Hilal

Ahmad David Kholilurrahman

Tiga anak penggembala berjalan pulang,
sepanjang gurun mendaki-menurun.
Bermandi peluh, kaki sengal ngilu.
Kantong air menyisa seteguk dua teguk
Lalu, menarah kayu bakar dipuncak bukit!

Ingat pesan Ummi tadi pagi;
"Jangan kemalaman balik ke Balad", ujar abang sulung.
Iya, siapa tahu malam ini jatuh awal ramadhan, kata abang kedua.
Tengok, bulan sabit muncul dilangit maghrib!, teriak si bungsu.

Ketiga abang-adik mengusal-ngusal mata,
mengarah pandang ke hilal mulai menampak,
mengurai tanda falak; kelahiran bulan baru.
Selengkung garis sabit terbit diufuk maghrib!

"Apakah besok kita memulai puasa?", tanya si bungsu.
Sebaiknya, kita lekas pulang saja, saran si sulung.
Kasih berita sama tuan Syeikh dimasjid nanti.

Ketiga bersaudara berjalan gegas,
debu gurun berterbangan,
sekawanan kambing mengembik berkejaran.
Sekebat kayu bakar terpanggul dipundak.

Dari sutuh rumah kotak,
Ummi menyambut penuh cemas;
"Kenapa kalian tampak terburu-buru?".
Dipuncak bukit tadi, kami menyaksi terbitnya bulan baru!

Heliopolis, Cairo, 15 September 2007

*Dimuat Kompas, rubrik Oase:Puisiku, Selasa 13 Januari 2008

http://kompas.com/read/xml/2009/01/13/17393133/sajak-sajak.ahmad.david.kholilurrahman

Tuesday, August 18, 2009

Sajak: Ramadhan

Sajak: Ramadhan

Ahmad David Kholilurrahman

Aku pejalan jauh,
Berbaju lusuh, muka rusuh
Haus dahaga memilin runtuh

Walau dosaku bertumpuk-tumpuk,
Berlambak-lambak, tabalayak
Bergunung-gunung, tajugun
Bertimbun-timbun, tabalambun

Kuminta singgah di madrasah ramadhan,
Bertadarus rindu dari alif sampai yaa

Aku musafir fakir lalu,
Bertubuh kumuh, berairmata rusuh
Haus dahaga memilin runtuh

Walau lupaku berkerak daki,
Menyemak-sawang,
Mencoreng hitam
Memekat gelap

Kuharap basuh diguyur bejana ramadhan
Menuang cuci-bilas sampai kilau cemerlang cahaya-Mu

Aku si asing terasing kesing,
Berjubah debu, beroman wajah rusuh
Haus dahaga memilin runtuh

Walau hinaku asal dari tanah
Melagak dongak congkak
Mengusung lumbung kembung
Memaki-hamun, mendaki lamun

Kurindu melintas dijamu hidangan ramadhan
Mendaras selemak-semanis shiyam sampai qiyam cinta-Mu

Rabea Adawea, Cairo, 18 Agustus 2009

Monday, August 17, 2009

Sajak: Aku Tak Menjengukmu, Merdeka!

Sajak: Aku Tak Menjengukmu, Merdeka!

Ahmad David Kholilurrahman

Aku tak menjengukmu, Merdeka!

Pada hari serata negeri merapal tujuh huruf bertuah;
Penuh takzim menggelar upacara
Tiang bendera terpancang dilaman,
Kibaran kain jahitan dua warna,
Kerumunan orang berbaris rapi
Sang pejabat berdiri tegap,
Berpidato menyembur bisa halus
Khalayak ramai pun terbius

Aku tak menjengukmu, Merdeka!

Pada hari serata negeri menghelat ragam perayaan;
Panjat pinang,
Balap karung,
Makan kerupuk,
Pentas panggung goyang biduanita
Para pejabat ikutan tarik suara,
Tunjuk diri pandai menyanyi,
Ditutup pesta bagi-bagi hadiah mimpi

Aku tak menjengukmu, Merdeka!

Pada hari serata negeri mengerang sekarat;
Tanah dan air terjual,
Laut karam,
Pulau tenggelam,
Daulat milik saudagar asing,
Kemiskinan menumbur jalan buntu,
Sekolah-sekolah menutup pintu,
Rumah sakit hanya melayani kaum mampu

Heliopolis, Cairo, 17-18 Agustus 2007

Friday, August 14, 2009

Sajak: Pada Muasal Rindu

Sajak: Pada Muasal Rindu

Ahmad David Kholilurrahman

Keteduhan cinta menaungi gundah-gulana,
Seumpama musafir fakir bertemu buayan masa muda

Keikhlasan bentangan sepasang sayap jua
Mengirim rindu, kecik tangan nyiru kau tadah

Dimana pun intan jatuh ke pelimbahan
Kilau menembus hingga sekat-pekat gulita

Kemuliaan tualang bujang menyulap cinta
Mengirim rindu, kecik angan sudu kau badah

Dimana pun jalan jauh ke rantauan
Surau memutus hingga jirat-jerat derhaka

Kemudian remang petang menyilap mata
Seperti menegak jembatan, menuang lautan

Heliopolis, Cairo 13 Agustus 2009

Monday, August 10, 2009

Sajak: Negeri Utara

Sajak: Negeri Utara

Ahmad David Kholilurrahman

Wahai rembulanku di Utara
Kau ajarkan aku bicara dalam bisu bahasa cinta
Segala pernik perbedaan yang menjurang lebar,
membuat kita semakin dekat

Wahai saljuku di Utara
Kau panaskan gigil dingin yang mengabut sepasang mata
Segala kebekuan usia yang menumpuk,
membuat kita semakin patah ripuk

Wahai anginku di Utara
kau tiupkan sejuk bahang panas yang menggelut selingkar tengkuk
segala nyala uban yang memutih,
membuat kita semakin memutar tasbih

Wahai sabana-stepaku di Utara
kau hamparkan padang gembala yang merenggut kawanan domba
segala kurban yang mengalir darah
membuat kita semakin rajin bersedekah

Wahai saharaku di Utara
Kau dinginkan langit malam berlaman bintang yang merebut mimpi
segala tualang yang menggulir pandang bujang
membuat kita semakin mengulang bertandang

Rabea Adawea, Cairo, 10 Agustus 2009

Monday, August 3, 2009

Sajak: Mediterania 2

Sajak: Mediterania 2

Ahmad David Kholilurrahman

Seraut muka senja Mediterania
adalah biru langit berbancuh laut sepia

seperti berdayung seribu perahu,
mengekal pengayuh bersambut tuju

setiti laluan tujuh julung-julang
kau dalam rumpang gelombang,
aku karang luar lekang petang

Jika kutengok laut itu,
wajah rembulanmu bertemu
aku dilamun tepian Alexandria,
kau berhimpun seberang utara

Alexandria, 3 Agustus 2009