musafir fakir di buayan fikir

Di kitab tua panduan pelayaran, termaktub pesan; "Lemak-Manis itu ilmu, Pahit-maung itu rindu..." (Dikutip dari sajak: Perahu Rindu, Ahmad David Kholilurrahman)

Sunday, January 31, 2010

Sajak 33: Dari Titik Beku Salju, Dari Titik Didih Sahara

Calon Penghuni Kumpulan Sajak: Awak Thawaf, di Rumah-Mu

Sajak 33: Dari Titik Beku Salju, Dari Titik Didih Sahara

Ahmad David Kholilurrahman


Awak lah yang datang jauh,
Negeri cantik molek tropika,

Walau hijau hutan,
Lebamkan biru malam,
Gigilkan tempias hujan khatulistiwa
Sesapkan asap kemarau, yang ngilu jantung
Mengabukan rabu, melesukan jum'at

Namun, memabukkan rindu
Ke sarat tandan kalbu

Yang runduk, sesiku silu
Yang tunduk, sebuku malu
Yang teguk, sedebu madu

Di bawah matahari Afrika,
Awak berkelana, semenjana nasib
Yang bertualang mencari seribu menara
Melaungkan suara Bilal al-Habash

Ke Rumah-Mu
Dari titik beku salju, hamparkan sajadah taubah

Ke Rumah-Mu
Dari titik didih sahara, hamparkan sajadah taubah

Cairo, 31 Januari 2010

Saturday, January 30, 2010

Sajak: Jenguklah, Tangga Umur

Sajak: Jenguklah, Tangga Umur

Ahmad David Kholilurrahman

Jenguklah,
Tangga umur yang kau sirat,
Terbuhul kebat, kuat-kuat
Mengurat akar,
Mendarah daging

Menghulu sepasat mata,
Memanjat selekat kepala
Memusat sesarat hati
Menghilir setakat kaki

Walau tak pernah kau tahu,
Sampai ke takah berapa langkah bersatu?

Cairo, 30 Januari 2010

Thursday, January 28, 2010

Sajak: Memanjat Tangga Umur

Sajak: Memanjat Tangga Umur

Ahmad David Kholilurrahman

Bangun tidur pagi hari,
Aku bingkas bangkit
Lari ke laman tafakkur,
Memanjat tangga umur
Yang tak kutahu,
Sampai ke takah berapa uzur?

Kutengok,
Penuh khalayak mengetuk rumahku,
Yang tegak doyong,
Yang lepak tolong

Mereka memohon izin,
Menyalakan lilin
Di atas kue loyang bundar licin

Aku tak pernah mau dirayakan,
Seraya memohon maaf, Tuan dan Puan?
Membuat dapur mereka jadi tersulur
Seperti mulut berkumur sirih dan kapur

Perihal umur yang kelak uzur
Mungkin, serupa gugur kelemumur
Ke tiang jemur, ke liang kubur

Aku tahu, selalu ada yang memindai tahniah
Dari lubuk hati ke ceruk hari
Dari gubuk fakir ke sibuk zikir

Untuk untaikan mutiara mata
Yang bening
Yang kolam
Yang diam
Yang salam

Dari jauh seberang, kudengar dia nyanyikan;

“Sanah helwah, ya Habibi
Sanah helwah, ya Habibi
Sanah helwah, ya Habibi!”

Lalu,
Cemas
Lepas
Luncas

Memindai namaku yang tak penting!

Cairo, 28 Januari 2010

Saturday, January 23, 2010

Sajak: Sabut Berlayar

Sajak: Sabut Berlayar

Ahmad David Kholilurrahman

Awak sabut mengajak berlayar
Ke seberang lautan

Kapan angin buritan,
Mengejar kabut bertukar kabar?

Tengoklah,
Siapa yang hanyutkan hulu
ke muara?

Denyutkan rindu
ke asmara
Yang kibas-kibaskan
saputangan, sepanjang
pelantar yang melempar
ingatan alkamar, tentang dinar
dan dirham yang mendendam
Pucuk di ulam, cinta pun tiba

Siapa yang sangkutkan bubu
ke beranda?

Yang cemas-cemaskan
satu lengan, sepetang
Penghantar yang memekar
ingatan saudagar, tentang damar
dan jerenang yang meringam
Peluk di salam, cerita pun loba

Siapa yang balutkan madu
ke rimba?

Yang remas-remaskan
satu angan, selayang
Pelamar yang memutar
ingatan getar, tentang pasar
dan lapar yang mendemam
Pelupuk di malam, derita pun tuba

Awak sabut mengajak berlayar
Ke seberang lautan

Kapan angin buritan,
Mengejar kabut bertukar kabar?

Cairo, 23 Januari 2010

Friday, January 22, 2010

Sajak: Awak lah Melayu, Yang Jambi adalah Rumah Panggung

Sajak: Awak lah Melayu,
Yang Jambi adalah Rumah Panggung

Ahmad David Kholilurrahman

Muasalnya, adalah pangkal
Amsal yang kekal;

Awak sibak lagi
Laci lemari
warna merah bungur,

Seperti luruh kelemumur
berjatuhan dari tangga umur
ke tiang jemur, ke liang kubur

Asap yang meloloskan diri
dari lubang dapur,
Jauh tersulur,
Mendasur sabur limur?

Ke ceruk Teluk Belanga,
Awak bersampan, menambat buhul
Sarung warna hijau pucuk katu,

Berpayung kopiah hitam,
Awak berlindung tempias hujan,

Yang hulu jatuh mendung
jadi pengayuh,

Yang Luan kemudi bertembung,
jadi penyuruh

Gadis-gadis berbaju kurung
Ungu terung atau kuning lebung
Khusyuk Tengkuluk di tengkuk,
Merukuk patah rusuk,
Merasuk singgah peluk
ke palung rindu paling sejuk

Awak lah Melayu,
Yang Jambi adalah rumah panggung

Melambung sabut kampung berlayar ke rabu jantung?

Cairo, 22 Januari 2010

Tuesday, January 19, 2010

Sajak 32: Gelegas Cemas Menderas di Rumah-Mu

Calon Penghuni Kumpulan Sajak: Awak Thawaf, di Rumah-Mu

Sajak 32: Gelegas Cemas Menderas di Rumah-Mu

Ahmad David Kholilurrahman

Gelegas cemas menderas,
Antara harap dan takut,

Kau ampunkan dosa awak?

Kalau teringat,
Gulungan pita ingatan masa silam
Yang tenggelam karam

Awak lah yang miliki
Segala yang tuna

Daki kemalau,
Sawang,
Jelaga hitam,
Papa-kedana,
Fakir-miskin,
Kecil-kerdil,
Lemah-lunglai,

Yang tak habis
Airmata
Kucur
Darah
Pancur
Doa
Selusur
Pinta

Dengan jiwa pasrah
Awak meramah
Rumah-Mu
Yang hangat

Tak lepas-lepas
Bibir
Mengukir
Zikir

Tak lunas-lunas
Akal
Mendesir
Pikir

Dengan jiwa pasrah
Awak meramah
Rumah-Mu
Yang hangat

Awak thawaf di Rumah-Mu,
Tolong terima taubah segala taubah!

Cairo, 19 Januari 2010

Monday, January 18, 2010

Sajak 31: Di Pintu Ka’bah, Awak Menadah Airmata

Calon Penghuni Kumpulan Sajak: Awak Thawaf, di Rumah-Mu

Sajak 31: Di Pintu Ka’bah, Awak Menadah Airmata

Ahmad David Kholilurrahman

Dari julang menara
Ke julung mega

Sepuh keemasan pintu ka’bah,

Awak menadah airmata
Paling tumpah doa
Melimpah-ruah,
Sehingga darah
Mengalir ramah
Mendesir aorta, urat nadi, sumsum
Nak mencari rumah paling ramah

Burung-burung berterbangan
Di langit maghrib Mekkah
Yang bertempias
Airmata hamba
Papa kedana

Ajak awak masuk pintu Rumah-Mu
Yang tak pernah terkunci,

Ajak awak masuk rindu Rumah-Mu
Yang tak pernah terbenci,

Arus manusia thawaf,
Melantun talbiyah
Mengalu-alu taubah
Menyeru-seru hidayah

Walau manusia jeda dunia,
Malaikat-Mu pun,
Mengarus thawaf
Melurus shaf

Cairo, 18 Januari 2010

Saturday, January 16, 2010

Sajak 30: Di Kiblat Rumah-Mu, Tak Kucari Lagi Mata, Mulut, Lidah, Tangan, Kaki

Calon Penghuni Kumpulan Sajak: Awak Thawaf, di Rumah-Mu

Ahmad David Kholilurrahman

Sajak 30: Di Kiblat Rumah-Mu, Tak Kucari Lagi Mata, Mulut, Lidah, Tangan, Kaki

Seusai subuh,
Awak jenguk lagi Rumah-Mu
Menyeduh tadarus
paling rampus
paling lampus
paling lulus

Hati mengarus zikir
Akal menghalus pikir

Di Kiblat Rumah-Mu

Tak kucari lagi
Mata Angin
berpenjuru
delapan

Tak Kucari lagi
Mulut haus
Berseru
dahaga

Tak kucari lagi
Lidah cakap
bertamu
dusta

Tak kucari lagi
Tangan kasar
bersekutu
kuasa

Tak kucari lagi
Kaki niaga
bertemu
harta

Di Kiblat Rumah-Mu
Awak semata-mata
Tertuju
Terpaku
Tersatu
memadu
manis
Rindu-Mu

Cairo, 16 Januari 2010

Friday, January 15, 2010

Sajak 29: Di Kiblat Rumah-Mu, Awak Merebah Litak

Calon Penghuni Kumpulan Sajak: Awak Thawaf, di Rumah-Mu

Sajak 29: Di Kiblat Rumah-Mu, Awak Merebah Litak

Ahmad David Kholilurrahman

Dari Maktab Jarwal,
Awak mengawali langkah
Menelusuri jalanan tua,

Lalu-lalang tetamu undangan-Mu
Dari seluruh penjuru, berpadu-satu
Tertuju ke Kiblat Rumah-Mu

Masuk dari belasan pintu,
Al-Baab Wal-Abwaab

Yang musabab
Tak menanya sebab

Yang sebab,
Tak menjawab musabab

Berduyun-duyun,
Menurun lembah Bakkah

Berpuyun-puyun
Mengalun sembah Ibadah

Walau penuh,
Tak pernah terlintas jenuh

Walau sesak,
Tak pernah terlemas jatuh

Walau padat,
Tak pernah mencemas runtuh

Walau ramai,
Tak pernah menukas rusuh

Di Rumah-Mu,
Sejuk,
Damai,
Tunak,
Jinak,
Lemak,
Manis,
Wangi,
Rindu,
Cinta,
Ibadah
Doa,
Airmata
Taubah

Cairo, 15 Januari 2010

Tuesday, January 12, 2010

Sajak 28: Awak Selembar Kain Ihram, di Rumah-Mu

Calon Penghuni Kumpulan Sajak: Awak Thawaf, di Rumah-Mu

Sajak 28: Awak Selembar Kain Ihram, di Rumah-Mu

Ahmad David Kholilurrahman

Selembar kain ihram,
Menganyam malu
Jadi hamba
paling dhu'afa

Meminta lah
segala
yang hendak

Meminta lah
segala
yang tunak

Meminta lah
segala
yang jinak

Meminta lah
segala
yang bijak

Meminta lah
segala
yang puak

Selembar kain ihram,
Menajam rindu
Jadi hamba
Paling Fuqara'

Hilang sudah
yang mengaku
Aghniya'

Pulang sudah
yang mendaku
Ru'asaa'

Lekang sudah
yang memaku
Siyaasa'

Selembar kain ihram,
Meminjam sangu
Jadi hamba
Paling Wara'

Julang pula
segala taubah

Datang pula
segala Ibadah

Terang pula
segala hidayah

Tualang pula
segala riyadhah


Cairo, 12 Januari 2010

Sunday, January 10, 2010

Sajak: Lang Kelik, Lang Sagungung

Sajak: Lang Kelik, Lang Sagungung

Ahmad David Kholilurrahman

Anak-anak menjelma busur panah pendengar hikayat,
juga anak panah tanya paling dahsyat;


Lang Kelik, Lang Sagungung
Hikayat menggantung
Di laman kanak-kanak kampung
Serata rumah panggung

Tentang ayam sereban
Terkurung murung
Tertelan sedu-sedan
Terkepung menung

Lang Kelik, Lang Sagunggung

Muncul anak muda jadi wira
Berbenteng dada,
Hingga penghabisan darah

Temukan kampung yang murung?

Memecah lambung
Mematah lumbung
Menetah bingung

Adalah pada sarung
Yang karung

Adalah pada lesung
Yang buntung

Adalah pada lebung
Yang halung

Adalah pada tudung
Yang cekung

Belum terkembang perahu dongeng
Ditiup angin kantuk teroleng-oleng

Anak-anak petah tanya,
Menetah kata ke ujung peta merah mata

Elang Kelik, Lang Sagungung?

Cairo, 10 Januari 2010

Saturday, January 9, 2010

Sajak: Mengaji Maghrib, Menguji Khatib

Sajak: Mengaji Maghrib, Menguji Khatib

Ahmad David Kholilurrahman

Langit kelam
Bak kopiah hitam resam
Yang kau pandang dari dalam

Selegam malam
Sesuram surau
Selebam rantau
Sesilam pejam

Di bawah tudung lampu minyak malap
Suara mengaji maghrib, menguji khatib
Yang beranak bunyi
Yang berbiak sunyi
Yang berpuak janji

Ia perbaiki buhul kebat kain sarung
Kotak-kotak hijau kangkung
Sekutung baju kurung ungu terung

Sebentang rehal, sehamparan mushaf
Diujung telunjuknya, duri landak meletak
Jinak jarak huruf, harakat dan syakal

Suara mengaji maghrib, menguji khatib
Yang beranak bunyi
Yang berbiak sunyi
Yang berpuak janji

Kupasang daun kuping,
Menangkap hapal
Ribuan dengungan lebah
Sehabis maghrib
Melimpah-ruah
Sepanjang rumah panggung
Serata pecah kampung

Pelan-pelan menghilang,
Senyap terinjap-injap bilang
Tersisa satu dua tiga
Yang tak habis jumlah
Kuhitung jari tangan sebelah

Ke mana suara ribuan dengungan lebah
Sehabis maghrib melimpah-ruah?

Cairo, 9 Jauari 2010

Sajak 27: Awak Menunak Jinak di Rumah-Mu

Calon Penghuni Kumpulan Sajak: Awak Thawaf, di Rumah-Mu

Sajak 27: Awak Menunak Jinak di Rumah-Mu

Ahmad David Kholilurrahman

Di Rumah-Mu,
Awak nak menunak jinak
Sejinak-jinaknya
Selemak-lemaknya

Awak datang
Dari negeri Khatulistiwa
Bertualang di Negeri Seribu Menara

Yang terkabar,
Haji adalah perjalanan cinta
Dari mataair ke airmata
Hamba yang buta

Di Rumah-mu,
Awak nak menunak jinak
Sejinak-jinaknya,
Selemak-lemaknya

“Bukan buruan
Lepas tangkap,
Bukan cemburuan
Lekas senyap”

Awak datang
Dari negeri Khatulistiwa
Bertualang di Negeri Seribu Menara

Yang terkibar,
Haji adalah perjalanan mulia
Dari mataair ke airmata
Hamba yang leka

Sampai tak ada jenak,
Antara jinak dan jarak?

Sampai tak ada sesak,
Antara lemak dan tunak?

Cairo, 9 Januari 2010

Friday, January 8, 2010

Sajak 26: Awak Menangis, Bertandang ke Rumah-Mu

Calon Penghuni Kumpulan Sajak: Awak Thawaf, di Rumah-Mu

Sajak 26: Awak Menangis, Bertandang ke Rumah-Mu

Ahmad David Kholilurrahman

Sehabis terbenam arus thawaf
Yang menebus lampus
Sehaus-haus rampus

Awak menangis, bertandang ke Rumah-Mu
Memenuhi undangan cinta,
Yang airmata dan doa
Merekah taubah
Jadi sedekah
Paling jariyah

Paling tuma’ninah
Jadi ibadah
Merekah hidayah
Yang airmata dan doa
Memenuhi undangan cinta
Awak menangis, bertandang ke Rumah-Mu

Sehabis terbenam arus thawaf,
Yang menebus lampus
Sehaus-haus rampus

Awak menangis, bertandang ke Rumah-Mu
Memenuhi undangan cinta,
Yang airmata dan doa
Merekah tarbiyah
Jadi madrasah
Paling dirasah

Paling khidmah
Jadi hikmah
Merekah mau’idzah
Yang airmata dan doa
Memenuhi undangan cinta
Awak menangis, bertandang ke Rumah-Mu

Cairo, 8 Januari 2010

Thursday, January 7, 2010

Sajak 25: Awak Terpacak Decak, Berdepan-depan Rumah-Mu

Calon Penghuni Kumpulan Sajak: Awak Thawaf, di Rumah-Mu

Sajak 25: Awak Terpacak Decak, Berdepan-depan Rumah-Mu

Ahmad David Kholilurrahman

Tangis awak yang menganak sungai
Jatuh ngarai,
Jadi lembah, lurah, muara
Hingga melaut-samudera

Berdepan-depan Rumah-Mu,
Awak lah debu, bungin dan pasir
Kerdil-kecil
Lemah-lunglai
Fakir-miskin
Fana-binasa

Yang seyakin-yakin
Menunak tauhid di jinak cinta-Mu
Yang tak bertepi sempadan

Sejengkal awak dekat,
Sehasta Kau mendekat

Tengah malam itu,
Hujan airmata
Menangkup
Sepasang
Telapak tangan
Yang
Menjelma
Saputangan

Tengah malam itu,
Hujan airmata
Menyungkup
Sepasang
Balak lengan
Yang
Menjelma
Bendungan

Berdepan-depan Rumah-Mu
Awak lah debu, bungin dan pasir
Kerdil-kecil
Lemah-lunglai
Fakir-miskin
Fana-binasa

Cairo, 7 Januari 2010

Tuesday, January 5, 2010

Sajak: Merawang 3

Sajak: Merawang 3

Ahmad David Kholilurrahman

Meluan kemudi lah,
Agar kuajar memegang kemudi sepit
Menguit arus, mengabir rampus
seperti dengus haus
Sebatang Tembesi yang legam
Memeram dendam
Pada karam,
Pada malam
Pada silam

“Bujang, kau yang berkayuh,
Usah menimba timba ruang!”

Akan kutunjuk-ajar budi
Camana menanak beras padi,
Sedangkan kepunan kayu bakar sesalang puntung
Hutan lesap dihisap gergasi berdasi
Yang duduk beruk di Jakarta
Memetak-metak peta tanah ulayat,
Seperti ulat tanpa sengat
Menjirat batang leher kulim
Meranti, medang, bungur
Bengeris, sungkeh

Jadi kebun sawit,
yang mengait-ngait buncit
gigit gusi, sebesi kuda besi
membasa-basi
jadi mimpi
seputih
laci

Akan kusuruk kelenjar nadi
Macam mana menggali ubi
Menebang dahan nangka
Menggiring kambing ke rakit jamban
Ayam bertengger di reban
Yang terendam sepinggang
Memacak unjar simpur rawang,
Rotan peledas belah dua
Menyirat-nyirat sekeping papan bulian
Jadi jembatan yang berjabatan lengan
Sebilah tangan membilas-bilas
Gelegas tangkai gelas
Yang ikhlas mengalas-melas
Selambung perut kembung
Dikepung dingin gigil bertembung
Sesirah mata merah
Marah
Sedarah
Sejarah
Pesirah;

“Biar tumpah lelah, kami tak salah,
Pun, tak mau menyerah kalah!”

Cairo, 5 Januari 2010

Sajak: Merawang 2

Sajak: Merawang 2

Ahmad David Kholilurrahman

Ibarat mencupak dalam gantang,
Awak budak nyelam batang
memiang sangkar udang
Memerah pundak belakang
Mengerang-ngerang
Sepanjang petang
Setunjang kenang
Selinjang tunang

Sisip parang
Di sela gharang
Lamun pantang
Menantang
Percik pantang dulang
Balik ke muka bujang?

Ke hulu menyepar perahu biduk,
Hanyut batang
Buluh dabuk
Batu buih
Jeruk bali
Bintang
Kelapa
Mumbang
Terombang-ombang
Di seret lengan arus
Yang mendengus
Serupa ingus
Naik-turun
beran-berun
mendung berkerumun
hujan berlindung sebalik daun


Duku, manggis, macang
Memenuh timba ruang
Dulu, gadis, bujang
Menyeduh tangga bayang

Ke payo silap
Asmara terkelap
Merentas simpur rawang
Melintas perinduan abang
Berbaju kurung selendang
Biru pucuk bungur
Seumur kelemumur
Jatuh umur

Lam-lum, lam-lum, lam-lum
Naik unjar kacang panjang
Lam lum, lam lum, lam lum
Air ngejar salang puntang tiang
Lam-lum, lam-lum, lam-lum
Main terjun tombak dari pucuk jendela ngumbang
Ke tanah

Cerum, cerum, cerum
Cerum, cerum, cerum
Cerum, cerum, cerum
Pengayuh berkibar
Menebar lapar
Menakar pasar
Menukar gelar

Dari geletar sabar sampai gelegas sadar
Dari gemetar lamar sampai gegas ashar

Cairo, 5 Januari 2010

Sajak: Merawang 1

Sajak: Merawang 1

-Terkenang Gurun Tuo, ketika dilanda Banjir (Aek Dalam)

Ahmad David Kholilurrahman


Dalam merawang,
Ada timba ruang rumpang,
Di biduk semarak kenang
“Bertumpang pandang,
Pada tunang yang jenjang”.

Sayang, sayang buah kepayang
Nak melinjang bujang
Dari hulu menyeberang,
Ke hilir bertandang
Menalak selendang
Paling benang?

Dalam merawang,
ada jemaa’ah seluang
bermain di arus tenang
melintang-pukang
disanggi-sesap pukat terentang
dari siang ke petang?

Sayang, sayang buah kepayang
Nak memadang tualang
Dari silu terberandang,
Ke lipir berpulang peladang
Menukak miang
Paling jelatang

Dalam merawang,
Ada ramah senang
Yang ingin berterus terang
Meminang terang
Di tinggi asap pekat tergantang
Dari talang ke gharang?

Sayang, sayang buah kepayang
Nak membilang tantang
Dari situ terdulang
Ke bibir bersulang lantang
Menyorak liang
Paling lubang

Dalam merawang
Ada rumah tiang
Yang bungin berdasur timpang
Menyandang bunang
Di janji ranap sakat terkembang
Dari ambang ke bimbang?

Sayang, sayang buah kepayang
Nak memanggang lemang
Dari satu berpasang
Ke nyinyir berpulang rantang
Mengarak julang
Paling lekang

Cairo, 5 Januari 2010

Monday, January 4, 2010

Sajak 24: Awak Bercukur Rambut, Sehabis Thawaf Qudum

Calon Penghuni Kumpulan Sajak: Awak Thawaf, di Rumah-Mu

Sajak 24: Awak Bercukur Rambut, Sehabis Thawaf Qudum

Ahmad David Kholilurrahman

Sepotong gunting
Mencukur pendek rambut awak
Sehabis thawaf qudum
Paling maklum
Segala makmum

Jarum waktu mencium
Jutaan kain ihram
Memutih malam
Masjid al-Haram
Mengarus
Berputar
Beredar
Sebarisan para peziarah
Mengulang-ngulang talbiyah
Memanggul sebungkal taubah
Dari para papa kedana yang tuna kuasa
Dari para fakir-miskin yang tanpa harta
Dari para kecil-kerdil yang tiada pangkat

Kenapa masih juga
Menepuk-nepuk dada
Membusung amarah
Seakan dunia
Bergelantungan
Di pinggangnya?

Kenapa masih juga
Menyebut-nyebut mahkota
Memasung lupa
Seakan dunia
Bertikungan
Di pundaknya?

Kenapa masih juga
Menyahut-nyahut tahta
Menyarung senjata
Seakan dunia
Bertembungan
Di matanya?

Cairo, 4 Januari 2010

Sunday, January 3, 2010

Sajak 23: Bilal bin Rabah Azan, Awak Menyeduh Sedu-Sedan

Calon Penghuni Kumpulan Sajak: Awak Thawaf, di Rumah-Mu

Sajak 23: Bilal bin Rabah Azan, Awak Menyeduh Sedu-Sedan

Ahmad David Kholilurrahman

Matahari petang memantul-mantul
Sebilur dada Muadzin Rasulullah
Di puncak Ka’bah,
Mengayun-ayun azan
Membelai-belai
Rongga
Telinga
Paling
Tangga

Udara senyap
Menyelinap
Sedap
Selemak
Semanis
Seharum
Sewangi

Azan Bilal bin Rabah
Mengaliri Jazirah Arabiah
Menyelinap Baghdad
Menyimbah Basrah-Kufah
Menghembus Turmuz
Menggesek Taskhent
Mengorak Bukhara
Hinggap di Urdu
Menyuruk ceruk Melayu
Melanglang Sahara Afrika
Bertandang Maghribi
Menebuk Cordova-Granada
Terkembang Istanbul
Menyauk Kosova
Menyeruak Kaukasus
Melintasi Amerika
Merekah Eropa

Lalu tumpah
Senandung
Azan
Mengalun-ngalun
Terayun-ayun
Jadi himpun
Jadi simpul
Jadi pengumpul
Jadi pengingat
Jadi penanda sholat

Sengat bagi yang kesat
Tongkat bagi yang sesat
Sahabat bagi yang pasat

Pun, Bilal bin Rabah azan,
Awak menyeduh sedu-sedan

Cairo, 4 Januari 2010

Saturday, January 2, 2010

Sajak 22: Azan Berayun-ayun, Awak Tertegun-tegun

Calon Penghuni Kumpulan Sajak: Awak Thawaf, di Rumah-Mu

Sajak 22: Azan Berayun-ayun, Awak Tertegun-tegun

Ahmad David Kholilurrahman


Azan berayun-ayun
dari julang menara Baitullah
turun
embun
berpuyun-puyun
di tangkai subuh

Awak tertegun-tegun
mengusap ubun-ubun
yang merimbun
dusun

Hangat
mengalir
dalam rongga telinga

sarat
mendesir
selam aorta darah

lebat
melipir
kolam airmata cinta

dekat
menghampir
salam doa hidayah

Suara Bilal Bin Rabah kah?

Cairo, 2 Januari 2009

Friday, January 1, 2010

Sajak 21: Awak Teguk Zamzam, Sejuk Menyulur Diam

Calon Penghuni Kumpulan Sajak: Awak Thawaf, di Rumah-Mu

Sajak 21: Awak Teguk Zamzam, Sejuk Menyulur Diam


Ahmad David Kholilurrahman

Dari arah Marwah
Yang mengarus cinta

Dari arah Safa
Yang mengelus airmata

Awak hantar isyarat hangat kecup
Paling kuncup
Pada al-Hajr al-Aswad
Yang menyerucup
Sungkup
Tangkup

Jatuh airmata menganak sungai
Jadi ngarai
Jadi lembah
Jadi lurah
Jadi muara
Jadi laut samudera

Awak teguk zamzam, sejuk menyulur diam
Menghangat gigil kalbu
Yang memburu rindu
Paling malu,
Yang membiru sendu
Paling haru,

Alhamdulillah
Bermuka-muka
Awak menadah
Paling taubah

Subhanallah
Bersuka-suka
Awak meramah
Paling talbiyah

Labbaikallahuma Labbaik
Labbaika Laa Syariika Laka Labbaik
Inna-alhamda, wan Ni’mata Laka wal Mulk
Laa Syariika Laka


Cairo, 2 Januari 2010