musafir fakir di buayan fikir

Di kitab tua panduan pelayaran, termaktub pesan; "Lemak-Manis itu ilmu, Pahit-maung itu rindu..." (Dikutip dari sajak: Perahu Rindu, Ahmad David Kholilurrahman)

Tuesday, August 24, 2010

Sajak: Ru'yat al-Hilal wa Hisab al-Kitab

Sajak: Ru'yat al-Hilal wa Hisab al-Kitab

Ahmad David Kholilurrahman

Aku berdayung sampan
Di sempadan sya'ban
Rebah bulan tua
Lahir anak bulan baru
Al-Hilal
Yang menoreh lengkung
Sabit seiris alis
Menulis-nulis
takwim al-manak
bertarikh
satu ramadhan
empat belas tiga satu
dari Hijriyah
Khaliqul Anam

Pasang mata telanjang
di segala puncak julang
Nak mengukur membilang
Ru'yat al-Hilal
yang terhisab
dalam kitab
berdawat-dawat
mata pena dan kalam
dakwatkan ilmu al-Falak
Jadi rindu segala tuju
Jadi pemandu segala waktu

Kecipak ombak laut
menyambut lahir anak bulan baru
Ranum senyum kurma di pelepah
Seharum mulut puasa,
Memercikkan misk surga
Tangga kaki yang terulur ke menara
Telinga sunyi memantulkan suara
Bang maghrib;

Allahu Akbar...Allahu Akbar

Cairo, 1 Ramadhan 1431 H/11 Agustus 2010

Wednesday, August 18, 2010

Sajak: Di Pinggan Cemburu, Kau Tunuh Rindu

Sajak: Di Pinggan Cemburu, Kau Tunuh Rindu

Ahmad David Kholilurrahman

Jika hillang satu pintu,
Akan bertemu seribu pintu
Di pinggan cemburu, rindu ditunuh
Segala tuduh bercelaru

Tak sesap segala keluh,
Aduh, semakin menjauh
Padam api atas kayu
Kelam sepi rentas waktu

Langit kelam balu
Kelingkan sumbu lampu
Jelaga setum
Secuil bongkah damar,
Meringam bilik kamar
Pada potret tergantung
Setia menempel papan lapuk
Seperti kasur kapuk,
susut empuk,
kusut tengkuluk
Jatuh ke tengkuk

O, surai kalbu
Termenung semalam suntuk
Tak muat tongkang menyuruk
Teluk yang idamkan seuluk
Salam yang malamkan sejuk
Pada seribu bujuk
Pada seribu rajuk
Pada seribu rujuk

Pudar merah abang tanggai,
Samar tempah tumpah inai
Tanjak tergeletak,
Seperti rumah patah pasak
Tiang-tiang bulian tua terserak
Lupakan biduk telungkup rusak
Urak segala belarak
Terbangan kompangan gigil sesak
Napas denguskan jatuh belarak
Mumbang kelapa, sabut sayak
Menahan gemertak
Hulu parang yang lantak
Tapak menualang malak

Pucuk bungur, pokok bayur
Hulurkan sabur limur
Tikam kelam tiga puluh,
Putuskan tambat tali biduk
Tanpa peluk, hanya secarut-marut angguk

O, Dagang Menumpang,
Lengang segala ruang
Terberandang sakit segala liang
Bertandang sulit segala kenang

Kembali menjadi bujang tualang
Tiada tunak segala tunak
Tiada jinak segala jinak
Tiada sajak segala sajak

Cairo, 3 Agustus 2010

Friday, August 13, 2010

Puisi: Manusia: Muhammad Najib Ar-Ramadi*

Puisi: Manusia

Muhammad Najib Ar-Ramadi*

Penyebaran manusia di gerbang mimpi
Maka aku berdiri mencegah masuk orang tak berakal

Pada serambi mimpi
Adalah seorang lelaki berdoa disana
Menggumamkan kata-kata yang tak dimengerti
Mencoba untuk menembus dinding waktu
Dan melompat atas rahasia-rahasia alam raya
Untuk sampai kepada rahasia agung

Sejak ribuan tahun lampau
Dia mencoba
Tak pernah sampai sebelumnya
Tapi
Adalah malaikat menjaganya
Dan terkejut desakan
Dan keajaiban itu
Seberapa bodohnya si bijaksana ini
Demikian lah manusia

*Penyair dari Alexandria, Mesir. Anggota The International Society of Poet

(Diterjemahkan ke Indonesia/Translate into Indonesia: Ahmad David Kholilurrahman)



الإنسان

الشاعر محمد نجيب الرمادي

تكاثر الناس على باب الحلم
فوقفت أمنع الدخول لغير العقلاء

فى بهو الحلم
كان هناك رجلا يصلى
يتمتم بكلمات غير مفهومة
يحاول أن يخترق جدار الزمن
ويقفز فوق أسوار الكون
للوصول إلى السر الأعظم

منذ ألاف السنين
وهو يحاول
لم يصل بعد
ولكن
كانت الملائكة تحرسه
وتندهش لاصراره
وتتعجب منه
كم هو جاهل هذا العاقل
ذلك الإنسان

Tuesday, August 10, 2010

العزلة

العزلة

يطير الباتروسان من الأعماق البحر الأحمر
يبحثان عن المطر الصافي من العيون السماء الزرقاء
.....بعيد عن وطني

أه يا حبيبتي
أنا عطشي من دموعك
يحلم شاطئ موجة
والرقصات العزلة

أحمد دافد خليل الرحمن



Puisi: Pengasingan Diri


Sepasang burung camar laut terbang dari ceruk Laut Merah
Mencari hujan bersih dari mata langit biru
.......Jauh dari Tanah Airku

Oh, Kekasihku
Haus dahaga daku airmatamu
Impian pantai pada gelombang
Tarian pengasingan diri

Ahmad David Kholilurrahman

Sajak: Ijab Kabul

Sajak: Ijab Kabul

Ahmad David Kholilurrahman

:Kepada Faris dan Riski

Sepasang mempelai duduk bersanding,
Berapa lama masa senyum berunding?

Jika duduk sebandung,
Tak ubah sekandung hati
Meruah bahagia

Bukan ronce melati,
Lengkung janur kuning
Pun sekapur sirih
Meminang tunang jadi istri

Sekekal ijab kabul
Yang membuhul,
Segala degup janji sehidup mati

Sedayung lengan perahu
Yang memikul
Sedoa diri sedenyut arus
Memusar lautan hidup
Pengharapan angin, bintang dan cuaca
Bermuka-muka rindu rembulan

Inikah dulang segala dulang
Memisah lumpur, suasa dan emas

Ada perikinan pada sebuhul ijab kabul
Terletak di nampan Lauhil al-Mahfudz

Tali nikah menambat perahu bahtera
Agar meniti pelayaran fitrah

Sepaling lafadz mengubah haram jadi halal,
Menghimpun darah, nasab dan zuriat

Alangkah mudahnya Islam menganjur pemeluk mesranya
Menikah, menikah dan menikah

Dan Rasulullah berbangga dengan umatnya
Yang memelihara kehormatan dan muru'ah

Cairo, 27 Juli 2010

Thursday, August 5, 2010

Puisi Mahmoud al-Azharey (Mesir)*: Heran**

Puisi Mahmoud al-Azharey (Mesir)*

Heran**

*Puisi Mahmoud al-Azharey (Mesir)

Ketika aku melihatnya
Di Mihrab berdiri sholat
Aku berujar: Apakah ini?
Seorang lelaki yang melayani rakyat
Melayani Allah....jua!!!!


دهشة
شعر : محمود الأزهرى
--------

عندما رأيته
فى المحراب قائما
قلت : ما هذا ... ؟
الرجل الذى يخدم الشعب
يخدم الله ...أيضا !!!!

محمود الأزهرى
مصر

***Diterjemahkan ke Indonesia: Ahmad David Kholilurrahman

Tuesday, August 3, 2010

Sajak: Batu Rebus

Sajak: Batu Rebus

Ahmad David Kholilurrahman

Kami memiliki macam cara,
Menanggalkan jubah fakir miskin
Kami makan sambal cabe
Pedas melunas lupa sejenak,
Setidaknya, sejenak pura-pura lupa
Bahwa kami hidup di negara kaya-raya

Nak beli susu dan keju
Untuk anak-anak bayi
Negeri tak menjualnya
Kalau pun ada jualannya,
Bolehkah kami tukar dengan dedaunan,
Yang tak tentu musim; penghujan atau kemarau?

Kami nak menanak beras,
Tabung gas meledak,
Kembali ke kayu bakar,
Hutan punah ranah
Lesap dikunyah gergasi berdasi

Penguasa menyuruh berhenti,
Makan beras, makan cabe
Dengan cara menaikkan harganya

Kami nak makan batu dan pasir,
Penguasa negeri melarang batu rebus
Karena batu-batu bersedekap bisu
Seperti riwayat khatam pasir
Bersalin tongkang ke negeri lain

Tapi, kalian tak pernah datang
Memanggul karung beras
Pada malam-malam dingin gelap buta
Dengan bahu kalian semulus pualam
Yang haram jadah bertilam lebam

Hantu belau,
Sehitam arang bakau
Lampu ungau
Sedemam datang risau

Cairo, 17 Juli 2010